Kamis, 23 Februari 2012

Tak ada orang bodoh, yang ada hanyalah orang yang tidak bisa menentukan prioritas

Pada tahun 1906 seorang ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo Pareto melakukan sebuah penelitian mengenai distribusi kekayaan di negaranya. hasil penelitian tersebut yaitu delapan puluh persen jumlah kekayaan masyarakat Italia dikuasai oleh hanya dua puluh persen penduduk yang menempati kalangan atas dalam strata ekonomi. dan sebaliknya, sisa dua puluh persen kekayaan dibagi-bagi diantara delapan puluh persen rakyat.

karena begitu seringnya fenomena 80-20 ini muncul, maka dalam kasus-kasus pemecahan masalah, para analisis dan pembuat keputusan biasanya menggunakan prinsip pareto ini dengan cara mengatasi dua puluh persen penyebab yang memberikan delapan puluh persen akibat. hukum pareto ini memberikan panduan yang sangat penting untuk mengalokasikan usaha dan sumber daya. sesungguhnya hukum pareto ini bisa bermanfaat dalam pemecahan masalah-masalah dan pengambilan keputusan-keputusan pribadi karena sebenarnya hukum Pareto memberikan panduan kepada kita untuk menentukan prioritas.

kembali kepada penelitian yang dilakukan Pareto, ia melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mengapa delapan puluh persen kekayaan hanya dinikmati oleh dua puluh persen orang saja. hasil penelitian lanjutan inilah yang sangat mengejutkan. Pareto membuat kesimpulan, seandainya jumlah kekayaan yang ada dibagi rata dianatara seluruh jumlah penduduk Italia, maka hanya dalam waktu satu tahun, maka akan kembali terbentuk pola yang sama, delapan puluh persen kekayaan akan kembali dinikmati hanya dua puluh persen penduduk.

Bagaimana mungkin? Fakta empiris yang saya temui, jangankan dalam kondisi dibagi rata, dalam kondisi kaya raya pun seseorang bisa kemudian menajdi jatuh miskin dan sebaliknya seseorang yang merangkak dari bawah bisa sampai di puncak kekayaan. menimbang fakta tersebut maka prioritas dalam penelitian Pareto tidak hanya terjadio pada bagian kesimpulannya namun juga terjadi pada sebab dan konsekuensinya itu sendiri. seandainya kekayaan sebuah negara dibagi rata dalam sekejap, maka orang-orang yang sebelumnya pernah berjuang untuk kaya akan memiliki prioritas yang berbeda dengan orang-orang yang tiba-tiba menjadi kaya. orang-orang yang sejatinya kaya akan melihat uang yang dipegang oleh semua orang sebagai potensi pasar yang besar dan ia memprioritaskan uang yang dipegangnya untuk membangun sebuah bisnis. Sebalinya orang-orang yang tiba-tiba menjadi kaya raya segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati kekayaannya. hasilnya, sama seperti penelitian Pareto, dalam waktu satu tahun, delapan puluh persen kekayaan akan kemabali kepada hanya dua puluh persen penduduk.

Kalau begitu caranya, apakah hal itu berarti yang akaya akan tetap kaya dan yang miskin akan tetap miskin? Tidak sepenuhnya benar. Memang akan tetap ada dua puluh persen orang yang menguasai delapan puluh persen kekayaan namun kabar baiknya, anada bisa menentukan pilihan apakah anda ingin berada di kelompok yang dua puluh persen ataukan berada di kelompok yang delapan puluh persen sisanya.

Singkat kata, prioritas bisa menentukan kualitas hidup seseorang karena prioritas yang dibuat oleh seseorang akan menentukan alokasu sumber daya yang dimilikinya. sumber daya bisa berupa uang, materi, tenaga, pikiran, keahlian, dan yang paling mahal adalah waktu. Karena waktu adalah satu-satunya sumber daya yang tidak bisa digantikan.

membuat prioritas hanyalah sekedar menentukan mana yang penting dan yang tidak penting, itu bukanlah perkara yang sulit. Persoalannya, dalam kehidupan kita seringkali dihadapkan pada pilihan antara mana yang penting dan mana yang lebih penting. Sehingga kita seringkali terlambat untuk menyadari mana yang seharusnya kita pilih. Dan, karena kita tidak bisa berkompromi dengan waktu, maka yang tersisa tinggallah sebuah penyesalan. Mungkin sebagian besar manusia pernah mengalami penyesalan seperti ini termasuk saya atau Anda. agar kita tidak mengalami penyesalan serupa, ada baiknya kita menyimak ilustrasi berikut ini.

Dalam sebuah seminar mengenai prioritas seorang ahli meletakkan batu-batu besar di dalam sebuah akuarium kosong hingga ia tidak bisa menambahkan lagi batu ke dalam akuarium tersebut. Lalu ia bertanya kepada peserta seminar "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin sekalian menjawab "Sudah!" sang ahli pun tersenyum kemudian ia pun memasukkan batu-batu kecil ke dalam akuarium tersebut dan menguncang-guncangkannya sehinga tidak ada lagi batu kecil yang bisa ditambahkan.

Ia pun kembali bertanya "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin sekalian menjawab "Sudah!"

Sang ahli kembali tersenyu dan ia pun memasukkan pasir ke dalam akuarium tersebut dan mengguncangnya sampai padat. Ia kembali bertanya untuk ketiga kalinya "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin kembali menjawab "Sudah!" Lalu sang ahli pun menuangkan air ke dalam akuarium tersebut sampai meluap. Ia pun bertanya "Apa yang bisa kita pelajari dari percobaan yang baru saja kita peragakan ini?" Seorang peserta menjawab "Memanfaatkan kesempatan yang ada sekecil apapun kesempatan itu". Sang ahli pun menawab " Benar dan dahulukan hal-hal yang utama dalam memanfaatkan kesempatan tersebut."

Dalam hidup ini ada batu-batu besar yang sebaiknya lebih dahulu mendapat tempat, lalu diikuti batu-batu kecil, pasir, dan air. kejelian anda dalam membedakan kesempatan akan menuntun anda mencapai kualitas hidup yang sangat baik.

Sumber: Majalah di pesawat yg ane baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar