Hallo semua! Apa kabarnya
malam ini hari ini? Semoga tak lebih buruk dari kemarin. Kali ini saya akan menceritakan tentang sesuatu atau lebih tepatnya hewan yang sangat saya sayangi, melebihi rasa sayang saya pada
laptop saya. Oke, itu perbandingan yang salah. Dia adalah Jessica Maharani, bukan, dia bukan saudara tiri dari Jessica Iskandar, tapi itu adalah nama kucing sekolah yang saya jaga dan pelihara, walau hanya di sekolah. Meski ia hanya kucing kampung, tapi kami sangat menyukainya. Entah karena sikap hiperaktifnya, belang belang random yang menyebar di tubuhnya dengan kombinasi warna yang lucu atau memang dia saja yang sangat menggemaskan. Mungkin itu juga yang menyebabkan kami membelikan ia makanan kucing yang tidak akan
kucing kampung tak bertuan lain dapatkan. Meski rasa sayang saya besar terhadapnya, akal logika saya tetap mengatakan tak mungkin untuk membawa dan memeliharanya di rumah, karena Ibu saya tak akan mengijinkannya. Nah, kemarin, tepatnya dua minggu lalu, sekitar tanggal 27/2 untuk pertama kalinya saya dan beberapa teman saya memberi ia makan yang sedikit 'mewah'. Salah satu teman saya,
Okik, menyempatkan waktu untuk membelikannya empat sachet Whiskas dengan rasa yang berbeda.
Kami merencanakan untuk memberinya makan sepulang sekolah. Ketika itu, di sore dengan jingga yang bergelayut manja pada lembutnya senja kami menemukan Jessica sedang asik mencakar cakar pohon untuk mengasah kukunya. Inilah dia:
Ia pun saya turunkan dan saya dudukkan di salah satu bangku sekolah. Sekali lagi saya katakan, Jessica adalah kucing yang sangat hiperaktif, mungkin lebih hiperaktif dari adik adik kecil kalian yang sangat menjengkelkan bila sedang ingin dimanja. Jessica memang tidak manja, tapi ia akan duduk manis dan tenang bila dipangku. Nah, jadi bisa ditebak. Ketika saya merobek bungkus pertama Whiskasnya, ia langsung berlari pada piring yang kami siapkan sebagai tempat makannya.
Satu sachet penuh untuk seekor kucing mungil mungkin terlalu banyak untuk porsi makan malamnya. Sehingga Whiskas itu pun tidak ia habiskan. Namun kami tidak serta merta membuangnya, tapi kami amalkan pada kucing kucing kampung lain. Nah, karena kebetulan hari sudah sore dan tak mungkin bagi kami untuk mencari kucing lain hanya untuk memberikan sisa makan Jessica, maka Shabrina pun membawanya untuk diberikan pada
fakir kucing yang ada di perumahannya bila ia bertemu dalam perjalanan pulangnya nanti. Karena kebetulan Shabrina menggunakan sepeda berkeranjang untuk ke sekolah, kami menitipkan piring makan kucing itu padanya, karena lebih memungkinkan untuk membawa piring
berlumuran berisikan Whiskas tersebut. Memang terlihat sangat niat sepertinya kami ini.
Dengan berakhirnya acara feeding
frenzy Jessica, maka kami pun pulang ke rumah masing masing. Oke, hanya segitu salah stu pengalaman yang bisa saya ceritakan. Masih banyak sebetulnya pengalaman lain yang ingin saya tulis, tapi berhubung malam sudah terlalu pekat, maka akan saya lanjutkan lain waktu. Insya Allah. Dadaaaaah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar