Sabtu, 03 Maret 2012

READ THIS :')

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya. 
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua. 
nb: sediakan tissu sebelum membacanya yak :')

1**** 

Cinta itu butuh kesabaran… 
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? 
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita… 
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia… 
Pernikahan kami sederhana namun meriah… 
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu. 
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. 

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya. 
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu… 

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci… 
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. 
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihatsekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya. 

2*** 


Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saatini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. 
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya. 

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku… 
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA. 
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku… 
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka… 


Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yanghampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al –Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukanaktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan. 

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, akumelihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dandisaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobroldengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku. 

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suamiku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya. 
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” danmereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semuamelihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. 

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelahaku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia punmenjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku punsenyum melihat wajahnya. 

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku … 
“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”. 
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hinggaakhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangandengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apayg mereka bicarakan. 

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, barusebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dianmengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya.Kemudian aku pun menemaninya. 
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, “lebih baik kau pulang saja, adakami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ” 

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abangharus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebatdengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku.Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan halyang sama. 

Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang takberpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunyasalah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergimeninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. 
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembalidari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangismengapa mereka sangat membenciku. 

3*** 

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takutkehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. 
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggilku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk diayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam airmancur itu. 

Aku bertanya, “Ada apa kamu memanggilku?” 
Ia berkata, “Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang” 
Aku menjawab, “Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu ditravel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?” 
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudahlama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akanpulang dengan mama ku”, jawabnya tegas. 

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?”,tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewakarena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telahbersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya. 

“Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas. 
“Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidakbertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku.Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya. 

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang &cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku. 
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karenakeluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamikusangat sayang padaku. 

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhematdalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami. 
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya haruskomplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganyaharus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang danaku pun tak mau membuat riuh keluarga ini. 

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akandibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku,lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakanterjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisamenangis karena akan ditinggal pergi olehnya. 

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-samakemana pun ia pergi. 
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karenabiasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku. 
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya. 
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku taktahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuksangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku. 

4*** 


Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri.Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku takterlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang. 
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuhsakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan akumenahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Akudilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemanikudisana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3. 

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi.. 
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akanpunya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudianaku hanya bisa memeluk adikku. 

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya,”kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu.. 
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jikamenelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku.. 

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnyakhawatir selama ia berada di Sabang. 
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan ceritapadanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung… 

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-fotokami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk. 
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms. 
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi,aku akan kabarin lagi”. 
Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja egoyang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah. 

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfumkesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akanmenyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini. 

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelummasuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, akumembungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku takmau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami. 

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya.. 
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naikkeruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku.. 
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nyasampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku padatempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta. 

Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas,aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku ciumkeningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at. 

5*** 


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya daribalkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi iatak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawahtanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi iabegitu cepat pergi. 
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa iabersikap tidak biasa terhadapku? 

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itujuga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkattelponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengansuamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon punlangsung terputus. 

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubahsetelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku,apalagi memanjakan aku. 
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggungjawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, akuselalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulangterlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah. 

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantanpacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu,tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suamitetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang. 
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya. 

6*** 


Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam,lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. 
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetapseperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan.Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanyaperihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadiibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir. 

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorangguru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatankankerku. Aku pun hanya berobat semampuku. 
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadiorang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikirsendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamikumemanggilku. 

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”. 
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas. 
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan. 
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, diamembentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami. 
Dia mengatakan “Kau ikut saja jangan banyak tanya!!” 

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabangsambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi. 
Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadiorang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasifoto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Akumenangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi akutak bisa. 

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, sukamembanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikapketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabarmengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku.. 

7*** 


Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidaktidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana,termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini.. 
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tuaitu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya. 

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tuayg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahirtiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegeraberkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengahrumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda. 

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengankebisuan, aku tak berani bertanya padanya. 
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atassemuanya, membuka pembicaraan. 

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”.Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam. 
“Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya.. 
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun,sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebabselama ini kau selalu keguguran!!”. 
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukahdipisahkan dengan suamiku? 

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikahdengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnyamenikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logatorang Sabang seperti itu semua. 
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya. 
“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknyamasih melanjutkan pembicaraan itu. 
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin akupeluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu. 




Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannyadengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana?kau dimadu atau diceraikan?” 
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remukmendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti initerhadapku.. 

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini. 
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab. 
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar akumenjawab dengan tegas. 
“Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapatberdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluargaini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.” 

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itujuga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikitpun menetes di hadapan mereka. 
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatkudirumah kita nanti, yah?” 
Suamiku menjawab, “Dia Desi!” 
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, “Kapan pernikahannyaberlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.” 

Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.” 
“Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnyamengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisiuntuk pamit ke kamar. 

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku bukapintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi akusendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit.Diiringi akutnya penyakitku.. 
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakanganini? 

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambilbertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?” 
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihatwajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampirhabis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya. 

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiridibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cerminmeja rias itu. 
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberisahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti!Iya kan?.” 

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum danbertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakaishampo. 
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakankulagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!” 
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang. 

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan akuakan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. 
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Akuingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayangdan cintanya itu. 

8*** 


Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. 
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah padasuamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedangtidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Akusave di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.” 

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar.Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja akutakkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yangtelah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku. 
“Apakah kamu sudah siap?” 

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata : 
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalamrumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketikakalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimanayang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karenatak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak. 
Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?” 

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsungmenatapnya dengan mata yang berbinar-binar… 
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwakuping ini tidak salah mendengar. 
Dia mengangguk dan berkata, “Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”,sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkukkarena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja. 

Dia tersenyum sambil berkata, “Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku danberkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”. 
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah,apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Akukangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen denganmanjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwaaku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belumbisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yangdihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzinaAyah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata,”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”. 

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis. 
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tibaperutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan iabertanya, “bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir. 
Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudahmebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang”. Karena dia akanmenikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acaraprosesi akad nikah tersebut. 

9*** 


Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku. 
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati inicemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku. 

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begituijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu,memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat. 

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yanghadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapansangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu..hatiku menangis. 
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencucikakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka denganpernikahan ini? 

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti akudahulu, yang di musuhi. 
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur denganperempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukandidalam sana. 
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, laluaku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekatilalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyatatidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah,tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget. 

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum danmegajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku takboleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang keJakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku” 

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untukistirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lamaini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untukmengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saatini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan darisuamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini.. 

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?” 
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan. 
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?” 
“Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah seringterluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu. 

Lalu suamiku berkata, “Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selamaayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bundaseperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayahpernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bundagak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“sepertiitu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalaubunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahioleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda” 

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan didirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapatulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini. 
Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinahdan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapaaku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karenamenderita mencintaimu.” 

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamarpengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku danberusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga. 
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci. 

10*** 


Keesokan harinya… 
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimkusakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ialangsung menggendongku. 
Aku pun dilarikan ke rumah sakit.. 
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku.. 
Aku merasakan tanganku basah.. 
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran. 

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, “Bunda, Ayah minta maaf…” 
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadipadaku? 
Aku berkata dengan suara yang lirih, “Yah, bunda ingin pulang.. bunda inginbertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..” 
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget samaAyah.” 

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudahtak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihatwajahnya yang tampan, berlinang air mata. 
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengankalimat tahlil. 

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku.. 
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka.. 
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kamimenikah. 

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku. 
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampaiaku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’aagar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku,apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikritetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari duluaku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau bencidiriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikapsebaliknya.” 

11*** 

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku. 
======================== 

Ayah,mengapa keluargamu sangat membenciku? 
Aku dihina oleh mereka ayah. 
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu? 
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adikiparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.. 
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilkudengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah? 

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membelaadikmu, tak ada gunanya Yah.. 
Aku diusir dari rumah sakit. 
Aku tak boleh merawat suamiku. 
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku. 
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. 
Aku sangat marah.. 
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi danibunya.. 

Aku tak mau sakit hati lagi. 
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.. 
Engkau Maha Adil.. 
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah.. 
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.. 
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu.. 

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.. 
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.. 
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.. 
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. 
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui. 
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. 
Aku harus sadar diri. 
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu. 
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku? 
Ayah.. aku masih tak rela. 

Tapi aku harus ikhlas menerimanya. 
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. 
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. 
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. 
Sebelum ajal ini menjemputku. 
Ayah.. aku kangen ayah.. 

=========== 


Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda.. 
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini. 
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkankeceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri. 
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur. 
Bunda akan selalu hidup dihati ayah. 

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah.. 
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutkutak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya. 
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku takperduli, hidup dalam kesendirianmu.. 
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur denganbelaian tangan Bunda yang halus. 

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda.. 
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui. 
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku.. 
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat ditidurmu yang panjang. 
Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakanapa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kaudi fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja. 

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana? 
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana? 
Tunggulah Ayah disana Bunda.. 
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon.. 

Ayah Sayang Bunda.

Selasa, 28 Februari 2012

3 x 8 sama dengan 23


Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik.

Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang.Dia mendekat dan mendapati Penjual dan Pembeli kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?"Yan Hui mendekati Pembeli kain dan berkata:"Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu". Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.


Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23.Yan Hui, kamu kalah. Berikan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya.Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada Pembeli kain.Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.


Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusiustapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya.Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai,dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh." Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.


Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir,kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu.Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.


Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.


Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu.Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si Pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar-benar malu."


Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.


Quote:

Cerita ini mengingatkan kita:Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya.Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.



Kamis, 23 Februari 2012

Tak ada orang bodoh, yang ada hanyalah orang yang tidak bisa menentukan prioritas

Pada tahun 1906 seorang ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo Pareto melakukan sebuah penelitian mengenai distribusi kekayaan di negaranya. hasil penelitian tersebut yaitu delapan puluh persen jumlah kekayaan masyarakat Italia dikuasai oleh hanya dua puluh persen penduduk yang menempati kalangan atas dalam strata ekonomi. dan sebaliknya, sisa dua puluh persen kekayaan dibagi-bagi diantara delapan puluh persen rakyat.

karena begitu seringnya fenomena 80-20 ini muncul, maka dalam kasus-kasus pemecahan masalah, para analisis dan pembuat keputusan biasanya menggunakan prinsip pareto ini dengan cara mengatasi dua puluh persen penyebab yang memberikan delapan puluh persen akibat. hukum pareto ini memberikan panduan yang sangat penting untuk mengalokasikan usaha dan sumber daya. sesungguhnya hukum pareto ini bisa bermanfaat dalam pemecahan masalah-masalah dan pengambilan keputusan-keputusan pribadi karena sebenarnya hukum Pareto memberikan panduan kepada kita untuk menentukan prioritas.

kembali kepada penelitian yang dilakukan Pareto, ia melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mengapa delapan puluh persen kekayaan hanya dinikmati oleh dua puluh persen orang saja. hasil penelitian lanjutan inilah yang sangat mengejutkan. Pareto membuat kesimpulan, seandainya jumlah kekayaan yang ada dibagi rata dianatara seluruh jumlah penduduk Italia, maka hanya dalam waktu satu tahun, maka akan kembali terbentuk pola yang sama, delapan puluh persen kekayaan akan kembali dinikmati hanya dua puluh persen penduduk.

Bagaimana mungkin? Fakta empiris yang saya temui, jangankan dalam kondisi dibagi rata, dalam kondisi kaya raya pun seseorang bisa kemudian menajdi jatuh miskin dan sebaliknya seseorang yang merangkak dari bawah bisa sampai di puncak kekayaan. menimbang fakta tersebut maka prioritas dalam penelitian Pareto tidak hanya terjadio pada bagian kesimpulannya namun juga terjadi pada sebab dan konsekuensinya itu sendiri. seandainya kekayaan sebuah negara dibagi rata dalam sekejap, maka orang-orang yang sebelumnya pernah berjuang untuk kaya akan memiliki prioritas yang berbeda dengan orang-orang yang tiba-tiba menjadi kaya. orang-orang yang sejatinya kaya akan melihat uang yang dipegang oleh semua orang sebagai potensi pasar yang besar dan ia memprioritaskan uang yang dipegangnya untuk membangun sebuah bisnis. Sebalinya orang-orang yang tiba-tiba menjadi kaya raya segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati kekayaannya. hasilnya, sama seperti penelitian Pareto, dalam waktu satu tahun, delapan puluh persen kekayaan akan kemabali kepada hanya dua puluh persen penduduk.

Kalau begitu caranya, apakah hal itu berarti yang akaya akan tetap kaya dan yang miskin akan tetap miskin? Tidak sepenuhnya benar. Memang akan tetap ada dua puluh persen orang yang menguasai delapan puluh persen kekayaan namun kabar baiknya, anada bisa menentukan pilihan apakah anda ingin berada di kelompok yang dua puluh persen ataukan berada di kelompok yang delapan puluh persen sisanya.

Singkat kata, prioritas bisa menentukan kualitas hidup seseorang karena prioritas yang dibuat oleh seseorang akan menentukan alokasu sumber daya yang dimilikinya. sumber daya bisa berupa uang, materi, tenaga, pikiran, keahlian, dan yang paling mahal adalah waktu. Karena waktu adalah satu-satunya sumber daya yang tidak bisa digantikan.

membuat prioritas hanyalah sekedar menentukan mana yang penting dan yang tidak penting, itu bukanlah perkara yang sulit. Persoalannya, dalam kehidupan kita seringkali dihadapkan pada pilihan antara mana yang penting dan mana yang lebih penting. Sehingga kita seringkali terlambat untuk menyadari mana yang seharusnya kita pilih. Dan, karena kita tidak bisa berkompromi dengan waktu, maka yang tersisa tinggallah sebuah penyesalan. Mungkin sebagian besar manusia pernah mengalami penyesalan seperti ini termasuk saya atau Anda. agar kita tidak mengalami penyesalan serupa, ada baiknya kita menyimak ilustrasi berikut ini.

Dalam sebuah seminar mengenai prioritas seorang ahli meletakkan batu-batu besar di dalam sebuah akuarium kosong hingga ia tidak bisa menambahkan lagi batu ke dalam akuarium tersebut. Lalu ia bertanya kepada peserta seminar "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin sekalian menjawab "Sudah!" sang ahli pun tersenyum kemudian ia pun memasukkan batu-batu kecil ke dalam akuarium tersebut dan menguncang-guncangkannya sehinga tidak ada lagi batu kecil yang bisa ditambahkan.

Ia pun kembali bertanya "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin sekalian menjawab "Sudah!"

Sang ahli kembali tersenyu dan ia pun memasukkan pasir ke dalam akuarium tersebut dan mengguncangnya sampai padat. Ia kembali bertanya untuk ketiga kalinya "Apakah akuarium ini sudah penuh?" para hadirin kembali menjawab "Sudah!" Lalu sang ahli pun menuangkan air ke dalam akuarium tersebut sampai meluap. Ia pun bertanya "Apa yang bisa kita pelajari dari percobaan yang baru saja kita peragakan ini?" Seorang peserta menjawab "Memanfaatkan kesempatan yang ada sekecil apapun kesempatan itu". Sang ahli pun menawab " Benar dan dahulukan hal-hal yang utama dalam memanfaatkan kesempatan tersebut."

Dalam hidup ini ada batu-batu besar yang sebaiknya lebih dahulu mendapat tempat, lalu diikuti batu-batu kecil, pasir, dan air. kejelian anda dalam membedakan kesempatan akan menuntun anda mencapai kualitas hidup yang sangat baik.

Sumber: Majalah di pesawat yg ane baca.

Burung Dengan Sebelah Sayap

Pas iseng – iseng mau rearrange kumpulan file yang tidak tertata di laptop, ga sengaja nemu artikel keren. Dengan sedikit editan namun tetap tidak merubah makna dan isi yang dikandung, maka saya repost artikel ini, cekidot!


Seorang sahabat denganpotensi tinggi mengeluh berat setelah pindah – pindah di lebih dari lima tempat.
Tadinya, saya fikir ia mencari penghasilan yang lebih tinggi. Setelah mendengarkan dengan penuh empati, sahabat ini rupanya mngalami kesulitan dengan lingkungan kerja. Di semua tempat kerja sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Disini tidak cocok dengan atasan, disitu bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahan.
Kalau sahabat yang saya sebutkan tadi hobi berpindah – pindah kerja, seorang sahabat saya yang lain punya pengalaman yang lain lagi. Setelah berganti istri sejumlah tiga kali, dengan berbagai alasan yang berbau tidak cocok, ia kemudian merasa capek dengan kegiatan berganti – ganti pasangan ini. Seorang pengusaha yang berhasil punya pengalaman lain lagi. Setiap kali menerima orang baru sebagai pimpinan puncak, ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah – olah orang baru yang datang pasti bisa menyelesaikan semua masalah. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah terlihat busuk – busuknya. Dan ia pun mulai capek dengan kegiatan berganti – ganti pimpinan puncak ini.
Bila digabung menjadi satu dan ditarik satu kesimpulan...
Seluruh cerita ini menunjukkan bahwa kalau motif kita mencari pasangan adalah mencari orang yang cocok di semua bidang (entah pasangan hidup maupun pasangan kerja), sebaiknya dilupakan saja. Bercermin dari semua inilah maka sering kali saya ungkapkan didepan lebih dari ratusan forum, bahwa fundamen paling dasar dari manajemen sumber daya manusia adalah: manajemen perbedaan.
Hal itu mencakup dua hal mendasar: menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai kekayaan.

Sayangnya...
Kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan upaya yang tidak kecil. Ini bisa terjadi karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap.
Bisa terbang (baca: hidup dan bekerja) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.
Padahal...
Meminjam dari apa yang pernah ditulis Luciano de Crescendo, kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah dan hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat – erat bersama orang lain.
Anda boleh berpendapat lain, namun pengalaman, pergaulan dan bacaan saya menunjukkan dukungan yang amat kuat terhadap pengandaian burung bersayap sebelah ini.
Di perusahaan, hampir tidak pernah saya bertemu pemimpin berhasil tanpa kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Di keluarga, tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk ‘berpelukan’ dengan anggota keluarga yang lain. Di tingkat pemimpin negara, bahkan orang sehebat Nelson Mandela dan Kim Dae Jung mau berpelukan bersama orang yang dulu pernah menyiksanya. Lebih – lebih kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan penuh cinta. Ia tidak sengaja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mentraformasikan kegagalan menjadi keberhasilan, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Oleh sebab itu pula lah, penulis buku Chicken Soup for The Couple Soul mengemukakan, cinta adalah rahmat Tuhan yang terbesar. Demikian besarnya makna dan dampak cinta, sampai – sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung. Capek, lelah, penuh perjuangan namun sia – sia.
Ini semua mendidik saya untuk hidup dengan pelukan cinta. Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka jendela, saya senantiasa berterimakasih akan pagi yang indah dan mencari – cari lambang cinta yang bisa saya peluk. Entah itupohon bonsai di halaman rumah, ikan koi di kolam, atau suara anak yang rajin menonton film kartun. Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali rasanya kalau saya mencium anak atau istri. Melihat burung gereja yang memakan nasi yang sengaja diletakkan di pinggir kali, juga menghasilkan pelukan cinta tesendiri. Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali, dari marah, stress, frustasi, keegoisan, sampai dengan nafsu untuk memecat orang. Namun begitu saya ingat karyawan dan karyawati bawah yang bekerja penuh ketulusan dan menghitung jumlah perut yang berganung pada kelangsungan hidup perusahaan, energi pelukan cinta itu selalu ada entah dari mana datangnya.
Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap, Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna. Kita selalu lebih disini dan kurang disitu, atau sebaliknya. Kesombongan atau keyakinan berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksakan diri untuk terbang.
Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap. Mau belajar, berjuang, berdo’a, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah. Oleh karena alasan inilah, saya selalu ingat pesan seorang sahabat untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan.. Entah itu memeluk orang – orang yang kita sayangi, yang dekat dengan kita, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, atau di kantor memulai kerja dengan ‘memeluk’ orang lain.


Originally made by: Gede Prama

Bertengkar Dengan Indah


Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!”
Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati saat – saat bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi saat – saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi.
Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk hikmah. Betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan – pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa – basi tanpa emosi. Tulisan ini murni non politik, jadi jangan tergesa – gesa membacanya. Bacalah dengan sabar, lalu renungi dengan baik, setelah itu terapkan dalam keseharian kita.. Setuju? 
Suatu ketika seseorang berbincang dengan orang yang akan menjadi teman hidupnya, dan salah satunya bertanya: “Apakah ia bersedia berbagi masa depan dengannya?” dan jawabannya tepat seperti yang diharap. Mereka mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala mereka bertengkar. Dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah mereka pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalaupun harus bertengkar, maka:
1.      Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah, cukup seorang saja yang marah – marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika seorang marah dan yang lain ingin menyela, segera ia berkata “STOP. Ini giliran saya.” Ia harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum dan berkata dalam hati: “Kamu makin cantik kalau marah, makin energik..” dan dengan diam itupun kita merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi. “Duh kekasih.. Bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega. Maka di padang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu.”

2.      Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan  ungkit yang telah terlibat masa (maksudnya masa lalu kita). Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah.
Siapapun tidak akan suka bila dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran diantara orang yang masih mempunyai harapan hanyalah sebuah foreplay. Sedangkan pertengkaran antara dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.
Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya adalah ‘ungkapan rindu yang keras’. Tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh. Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah ‘harapan ingin disayangi lebih tinggi’. Tapi kalau itu dihubungkan dengan kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan, “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya?”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups.. Saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.
Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah. Marahlah, tapi untuk kesalahan semasa. Saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini.

3.      Kalau marah jangan bawa – bawa keluarga saya. Dengan isteri saya baru terikat beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Qur’an, seseorang itu tidak menanggung kesalahan pihak lain (QS. 53: 38 – 40)
Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba – coba. Begitupun dia, smenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di  dunia ini selain dia. Karenanya mengapa harus bawa – bawa barang lain ke kancah awal ‘cinta yang panas’ ini. Kata ayah saya: “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak.” Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah – tambah dengan memusuhi mertua.

4.      Kalau marah jangan didepan anak – anak, anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orangtuanya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar:

*Ibu: “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu?!”

*Bapak: “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda?!”

*Anak: “.........yaaa...... Ibu saya babu, bapak saya kuda... Terus saya ini apa???”

Kita harus berani berkata: “Hentikan pertengkaran!” Ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita?

5.      Kalau marah, jangan lebih dari satu waktu sholat, pada setiap tahiyyat kita berkata: “Assala-mu ‘alaynaa wa ‘alaa’ibaadilahissholiihiin”. Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba – hambaMu yang sholeh..
Nah, andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustaiNya, padahal nyawa kita ditanganNya.
Oke, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi.. marahlah setelah Shubuh, tapi jangan lewat waktu Dzuhur, atau Maghrib sebatas Isya.. Atau setelah Isya sebatas....?
Engg, sepertinya kita sepakat kalau setelah Isya sebaiknya memang tidak bertengkar.

6.      Kalau kita saling mencinta, kita harus saling memaafkan, tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah ‘proses belajar untuk mencintai lebih intens’.
Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki – maki.


Ini saja, semoga bermanfaat. Dengan ucapan syahadat itu berarti kiata menyatakan diri untuk bersedia dibatasi.

*Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar tapi bodoh*



A Thousand Road for A Slight Smile

Ga akan pernah ada kita. Yang ada hanya aku dan kamu, dan akan selamanya begitu. Mungkin ini semua bukan tentang menunggu, tapi lebih ke sesederhana bahwa aku bukan untukmu dan kamu bukan untukku. Tidak adil memang, tapi terkadang memang benar bahwa seseorang bisa saja ditakdirkan untuk saling mencintai, tapi bukan berarti mereka juga ditakdirkan untuk selamanya bersama. Orang akan datang dan pergi dalam kehidupanmu, namun akan ada yang tinggal selamanya disana. Dan orang – orang yang hanya sekedar ‘mampir’ dalam hidupmu tak selamanya menyakiti. Mungkin mereka ada untuk mengajarkanmu sesuatu, menyampaikan apa yang Tuhan ingin sampaikan padamu, atau bahkan sekedar untuk menemanimu. Cara mereka pun berbeda – beda, mungkin melalui pengkhianatan, ketidak pastian, dan patah hati. Mereka semua datang dan berbaris, telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk membimbingmu hanya pada satu orang yang tepat, namun melalui proses pembelajaran. Kita semua akan diblender dalam satu campuran yang bernama kehidupan sebelum kita menjadi jus yang manis. Rasa sakit itu biasa, tapi untuk memaafkan rasa sakit dan terus berusaha berjalan, mungkin itu yang terhebat. Bersemangatlah, karena masa depan tak cukup jauh untuk kamu capai, tapi juga tak cukup dekat untuk kamu lihat dalam satu kedipan mata. Terkadang kita harus berlari, berjalan, atau bahkan merayap, namun yang jelas kita semua tak akan pernah melalui proses tanpa jatuh. Mungkin hanya sekedar batu sandungan, polisi tidur, atau bahkan tembok kokoh, hadapi saja. Untuk melalui tembok itu, mungkin tidak hanya dengan cara menghancurkan, kau bisa memanjatnya, melompatinya, atau bahkan menemukan jalan lain untuk melewatinya, yang jelas tak lagi berbalik badan. Karena hanya pengecut yang melakukannya. Yakini dalam hati bahwa kita terlahir untuk menang :)