Senin, 04 Juni 2012

Rindu


Rindu. Adakah hal lain yang bisa kuceritakan tentang itu, bila yang kuingat hanya kamu?

Aku terlalu lelah. Terlalu lelah berharap pada yang semu. Maaf bila membuatmu sedih, ketika aku dengan tiba tiba berlaku aneh, karena ketika itu aku sedang merutuk dalam hati, mengapa dulu bisa begitu bodoh mencintaimu. Hingga kini aku sendiri yang kesulitan untuk melupakan. Sedang kau disana, dengan asik lalu lalang di tepian hati. seakan tak menyadari, ada yang jatuh bangun hanya untuk sekedar memisahkan sekat antara realita dan mimpi.

Kau mengajari aku bagaimana mengeja rindu dalam sepi. Kau mengajari aku bagaimana menata hati dengan rapi.

Hal itu dinamakan cinta, meski selalu membadai dalam hati.

Hal itu dinamakan rindu, meski harus menyayat seperti sembilu.

Demi bintang yang berpijar dan demi bulan yang bersinar, kita akan selalu berada di bawah naungan sinar yang sama.

Apalah rindu, bila yang dirindu selalu sendu.

Apalah hati, bila tak untuk dimiliki.

Apalah hidup, bila yang direncanakan selalu sejalan dengan harapan.

Sahabat Jadi Cinta


Sahabat jadi cinta. Satu dari sekian hal yang paling tidak kusukai. Ya, mengapa harus ada dan terjadi hal seperti itu? Lumrah memang, hati bisa jatuh pada siapa saja dan kapan saja. Meski otak mengatakan tidak, namun hati mengatakan iya, apalagi yang bisa kita perbuat? Siapa yang sanggup untuk menghindar?

Sahabat jadi cinta.. Hal yang aneh namun memang terasa wajar bila itu sudah terjadi, karena ada ungkapan Jawa yang mengatakan, “Tresno jalaran soko kulino.” Kurang lebih artinya adalah, cinta datang karena terbiasa.

Tapi sungguh, tak ada yang bisa kulakukan bilamana itu terjadi pada hatiku, dalam hidupku. Mendorong arti persahabatan ke tepi jurang terdalam. Mengkahiri makna pada kata ‘kita’ menjadi aku dan kamu. Seperti gejolak yang ingin diredam ombak pada karang, betapa aku ingin hal ini bisa kuhindari. Sekuat aku menutup mata dari cahaya yang tak mampu kubendung silaunya. Sekeras suara yang lembut namun menggetarkan hati, dalam jiwa. Mencintai sahabat sendiri, seperti memertaruhkan sesuatu yang harus kubayar mahal harganya. Bila harga yang harus kubayar adalah dengan mengakhiri sebuah persahabatan dan kamu menjauh dariku, maaf, itu terlalu mahal.

Seperti memainkan sebuah koin, bila tidak muncul sisi gambar maka sisi angka. Bila tidak berakhir bahagia, maka itu harus berakhir dengan penuh duka.

Sahabat jadi cinta? Lupakan saja.

Minggu, 27 Mei 2012

Kebingungan Generasi Penerus Bangsa

Pagi ini saya membuka web sekolah untuk mengetahui informasi kelulusan, dan alhamdulillah saya lulus. Dan pada sore harinya, hasil seleksi SNMPTN undangan pun diumumkan dan saya..tidak lolos. Awalnya kecewa, ralat, sangat kecewa. Namun, kemudian saya berpikir, mungkin memang ini jalannya. Bukan pada pilihan yang telah saya pilih yang membawa peluang terbaik dalam hidup saya. Kembali saya teringat akan ungkapan bijak, "Manusia boleh berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan." Dan saya setuju dengan ungkapan itu. Mungkin bagi kita yang masih belum bisa berpikir jernih, ini mengecewakan, namun siapa sangka bila ternyata Tuhan mempunyai maksud lain di balik ini semua? Seperti satu ungkapan lagi, "Let us do the best and let God do the rest." Biarkan kita berusaha sebaik mungkin dan biarkan Tuhan yang menentukan segala keputusannya.

Nah, bagi kalian, para lulusan SMA yang saat ini sedang kebingungan untuk menentukan tujuan sekolah lanjutan karena tidak diterimanya seleksi SNMPTN undangan seperti saya, mungkin sukses kita belum disini. Saya pun semulanya memang berencana untuk mengikuti tes SNMPTN tulis bila tidak lolos seleksi SNMPTN undangan, namun saya terpikir lagi, mengapa tidak langsung menuju ke sekolah tinggi saja yang notabene dibawahi oleh pemerintah sehingga untuk urusan pekerjaan pun tidak perlu bingung lagi nantinya dan terjamin.

Mengapa saya ragu untuk mengikuti SNMPTN tulis? Karena SNMPTN tulis hanya menyediakan tes melalui dua jalur, IPA atau IPS. Lalu bagaimana nasib dengan murid SMA yang tidak berada di kedua jurusan tersebut? Sepertinya pemerintah belum memikirkan tentang hal ini, bagaimana nasib kami yang berada di jurusan bahasa? Yang tidak menguasai IPA maupun IPS? Mungkinkah kami harus mengejar materi yang mereka lewati selama dua tahun itu dalam waktu yang relatif singkat? Sekolah mungkin bisa menerbitkan lulusan berkualitas, namun gagal dalam merealitaskan cita - cita dalam menjadikan insan yang berkualitas bila untuk menentukan tujuan universitas atau sekolah lanjutan saja mereka bingung, dihitung dari perkiraan peluang juga yang mungkin bisa mereka tembus. Ditambah lagi dengan adanya kabar bahwa tahun depan SNMPTN tulis akan dihapuskan, sehingga akan tersedia jalur mandiri dan SNMPTN undangan saja, meski hal ini masih belum dipastikan kebenarannya.


Rabu, 25 April 2012

#quote : cin(T)a [2009]


Sesuai dengan hukum Newton 1, kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran – Cina
Kakak kira semua Cina kaya? – Cina
Cina, gak pake republik, gak pake rakyat – Cina
Tega banget ya bokap lo, udah tau muka lo Cina, masih dikasih nama Cina – Anisa
Tega kali bokap kau, udah tau muka kau perempuan, masih dikasih nama perempuan – Cina
Republik ini sudah kebanyakan punya sarjana nyinyir – Cina
Arsitek tuh suka berasa Tuhan. Berasa paling tau rancangan terbaik buat manusia. Yang paling tau yg terbaik ya yang ngejalanin sendiri – Nisa
Kalo Allah ketemu Nabi Muhammad di jaman sekarang, bikinnya film– Anisa
Generasi kita gak mempan dikasih tulisan – Anisa
Maaf, Anisa lagi cukur jenggot – Cina
Hukum Newton II, cewek cantik pasti gak ngerasa cantik – Cina
Banyak kok cewek cantik yang ngerasa cantik – Anisa
Berarti mereka kurang cantik – Cina
Kawin tuh seharusnya Ibadah – Cina
Kalo istriku, harus lebih cinta Tuhan aku daripada aku – Cina
Arsitek itu bukan cuma sekedar konsep, arsitek itu bukan seni lukis, arsitek itu harus bisa dibangun – Cina
Dunia ini udah kebanyakan orang pinter, perlu yang cantik-cantik untuk menghibur – Cina
Sesuai dengan Hukum Newton III, cewek cantik pasti kesepian – Cina
Cuma Tuhan yang tau rasanya jadi gue – Anisa
Cuma Tuhan yang tau rasanya jadi selebritis – Anisa
Selebritis tuh makhluk aneh, susah-susah kerja biar dikenal orang, eh udah dikenal malah gak pengen dikenal orang – Cina
Cuma aku dan Tuhan yang bisa cinta ama kau – Cina
Kenapa Allah nyiptain kita beda-beda kalo Allah cuma mau disembah kita dengan satu cara? – Anisa
Makanya Allah nyiptain cinta, biar yang beda-beda bisa nyatu – Cina
Duh capek deh gue ngomomgin ginian. Lo gak ya kayak cowok normal lainnya? Ajakin gue ke Paris kek, beliin gue berlian kek, bikinin gue puisi kek – Anisa
Kalo lo gak bisa nyelesein konflik agama di sana, the least you can do, jangan coba bikin konflik baru di sini deh – Anisa
Mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan aku – Cina
Mak! Kapitalisme pun tak boleh ama Tuhan kau? – Cina
Kalo aku Tuhan, kau pasti aku masukkan surga – Cina
Kayaknya aku kurang Muslim untuk jadi pemimpin di negara ini – Cina
Tabah Cin, inget Hollywood ending. Tuhan pasti lagi nonton kita – Anisa
Kau suruh aku masuk Islam pun aku mau – Cina

Kamis, 19 April 2012

Aku - Tokoh Fiksi

Aku hidup dalam mimpiku, dan aku tak pernah nyata. Aku hidup dalam cerita yang menghidupkanku. Tinta yang membangunku menjadi sosok ‘aku’ di selembar kertas putih ini. Aku tak pernah tahu bagaimana akhir dari ceritaku, tapi aku tahu apa yang sedang kuperankan. Kutemui banyak tokoh fiktif disini, tapi hanya ada satu-dua yang mau menjabat erat hatiku dengan hangat. Mungkin sang Penulis akan menuliskan tanda ‘:D’ atau ':)' ketika ada dialog yang menunjukkan dimana aku sedang berbicara, tapi pernahkah 'pembaca' ikut merasakan kalau bukan apa yang tertulis yang sebenarnya aku rasakan? Kalau bisa, betapa aku ingin menangis sekencang – kencangnya dan berharap keluar dari dunia fana ini, dunia yang fiktif. Tapi inilah yang harus kujalani, setidaknya saat ini. Aku tahu akan ada episode – episode lain yang akan kujalani.
Setelah kamu membaca buku ini (buku yang tentu saja sedang aku jalani, dan sedang ada kamu di dalamnya), mungkin kamu akan menemukan berbagai gambaran tentang aku. Mungkin baik, mungkin juga buruk. Tak apa, aku anggap itu sebagai lukisan - lukisan lain tentang aku.
Oke *tarik napas*, semoga aku berhasil menjalankan episode lain yang telah Sutradara siapkan untuk aku. Doakan aku yah.

Sincerely,
I wish I'm the one that got away.

Kamis, 12 April 2012

Kita: Memori Itu Masih Ada

Kita. Terlalu banyak kata bila aku harus benar - benar mendeskripsikannya. Bila kumulai dari tentang aku dan kamu, bagaimana kita menjalani hidup kita bersama dan membiarkan waktu yang terbuang dengan tidak percuma, aku akan terus berpikir, "Ada lagi..". Bila kumulai dari kenangan - kenangan yang kita lalui, maaf, itu terlalu indah sekaligus menyakitkan. Indah karena itu bersamamu, menyakitkan karena kita tak bisa lagi melakukannya dan menjadikan kenangan itu kembali nyata. Jadi, bagaimana tentang isi rinduku saja padamu?

Aku sangat merindukan waktu di kala kita saling bertukar kata dalam diam dan hanya hati kita masing - masing yang dapat mendengarnya. Aku merindukan kita. Masih ingatkah kamu ketika aku mengatakan padamu bahwa tiap aku mendengar lagu yang selalu kuperdengarkan padamu, aku selalu teringat padamu? Ingatkah kamu tentang bagaimana bodohnya kita menjalani masa tanpa batas dalam imaji ini yang mungkin..tak terlupakan? Ingatkah pula kamu bahwa kita pernah menari di bawah hujan dan saling mendekap kehangatan dalam tawa kita? Dalam canda yang tentu saja akan selalu kurindukan. Semoga kamu masih mengingatnya dalam khayal yang mendamaikan hatimu.
Aku masih ingat akan pelukanmu yang hangat ketika aku merasa tak ada seorang lain pun yang ada untuk menemaniku..dan tentu saja untuk melakukan seperti apa yang kamu lakukan padaku ketika itu, menenangkanku. Aku masih ingat ketika kamu tahu aku merasa lemah dan kamu cepat - cepat memelukku, karena kamu tak pernah ingin melihatku begitu, melihatku sebagai seorang pecundang. Pelukan yang kamu berusaha keras untuk tak kamu lepaskan karena kamu tak ingin aku tahu bahwa kamu pun juga..menangis
Kenang - kenanglah hal yang bisa kamu kenang, yang membuatmu teringat akan bahagia yang pernah ada, tentang segaris senyum yang pernah terbuat dengan tulus. Namun, janganlah hidup di dalamnya, hidup - hidupilah hidupmu. Semoga kita diizinkan oleh Dzat yang selalu kita sebut dalam doa kita untuk bertemu kembali.

Sincerely,
Sepotong hati yang pernah kamu bawa, sahabatmu

Catatan Sedih Seorang B. J Habibie


Ini adalah sepotong catatan tentang bapak B. J Habibie yang mudah - mudahan dapat kita semua resapi maknanya dan kita ambil buah positifnya. Berhubung tulisan ini cukup panjang, maka tidak usah buru - buru membacanya.

********

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo. Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & amp; CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta. Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.
 Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu). Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini. Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung. Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250. N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan. Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb: “Dik, anda tahu... saya ini lulus SMA tahun 1954!” Beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan, “Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN. Sekarang Dik...anda semua lihat sendiri…N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu. Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’ Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya. Dik tahu……di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia… Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…… Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…? Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun. Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!” Pak Habibie menghela nafas... Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas; Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini. Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama… N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu…bahkan hingga kini. Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir…kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320. Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya. “Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130 bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”. “Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD. Q itu Quality, Dik, Anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten. C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis. D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu, itu saja!” Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb: “Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik…organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik……” Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu. "Dik...saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun...ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, Anda pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…saya mau kasih informasi…Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari Ibu..". Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam. Seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang. Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan, “Dik, kalian tau…2 minggu setelah ditinggalkan ibu…suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama Ibu, "Ainun… Ainun... Ainun..." saya mencari ibu di semua sudut rumah. Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat "Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…" mereka bilang "Kita (para dokter) harus tolong Habibie." Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan: 1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa! 2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus. 3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup. Saya pilih opsi yang ketiga…" Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) ia melanjutkan pembicaraannya; "Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia… Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat… Saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia." Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata… Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya; “Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui… Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing). Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka. Dik, asal you tahu…semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat. Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain. Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif…" (pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012
Salam, Capt. Novianto Herupratomo